Saturday 12 November 2011

Teori Organisasi Umum

I. Latar Belakang

Manusia diberi anugrah oleh Tuhan YME untuk berkehidupan di dunia ini dengan masing-masing keunikan yang telah diberikannya. Kita hidup sebagai manusia pasti saling membutuhkan untuk melengkapi kebutuhannya satu sama lain. Oleh karena itu dalam berkehidupan kita didukung untuk selalu berinteraksi antar sesamanya. Berinteraksi yang baik sangat diperlukan agar tercipta kehidupan yang baik, dimana kita nantinya akan bekerja sama untuk melengkapi setiap kekurangan dari tiap individu. Dalam keadaan saling melengkapi disini berarti kita ditutut untuk mencapai suatu tujuan bersama. Tujuan bersama ini mendorong adanya ikatan bersama yang seimbang untuk terbentuknya sebuah organisasi.
                Dalam kenyataannya suatu organisasi seringkali tidak bejalan sesuai dengan harapan, disebabkan keengganan manusia untuk mengikuti perubahan, dimana perubahan dianggap bisa menyebabkan kegagalan. Hal ini mengakibatkan kecondongan dalam organisasi sehingga perlu dilakukan evaluasi, adaptasi, dan inovasi dalam setiap organisasi. Semua organisasi harus berubah karena adanya tekanan di dalam lingkungan internal maupun eksternal. Walaupun perubahan yang terjadi lebih pada lingkungan, namun pada umumnya menuntut perubahan lebih pada organisasional, dan organisasi-organisasi bisa melakukan lebih banyak perubahan ataupun lebih sedikit. Organisasi-organisasi bisa merubah tujuan dan strategi-strategi, teknologi, desain pekerjaan, struktur, proses-proses, dan orang. Perubahan-perubahan pada orang senantiasa mendampingi perubahan-perubahan pada faktor-faktor yang lain. Proses perubahan pada umumnya mencakup sikap dan perilaku saat ini yang siknifikan perubahan-perubahannya dan akhirnya kepemilikan sikap dan perilaku yang baru.
               
Tulisan ini didasarkan pada pemantauan saya pada beberapa perusahaan yang bergerak dalam sektor industri manufaktur Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk mengulas permasalahan yang dihadapi sektor ini ditinjau dari sudut pandang ekonomi manajerial. Saya akan gunakan beberapa contoh permasalahan organisasi dalam perusahaan. Dengan keterbatasan ruang yang tersedia, tulisan ini tentunya hanya mengulas permasalahan pokok yang dihadapai sektor ini yang diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi peningkatan daya saingnya dikemudian hari. Tulisan ini juga menyinggung beberapa permasalahan manajerial dalam pengelolaan perusahaan yang hangat dibicarakan belakangan ini.

II. Permasalahan      

Dilihat dari aspek struktur organisasi perusahaan, kegiatan berproduksi pada sebagian besar industri manufaktur di Indonesia masih dikelompokkan dibawah "kotak" yang dinamakan Direktur Produksi. Sedangkan dengan berkembangnya informasi dan komunikasi serta dampak dari globalisasi, industry manufaktur di negara-negara maju telah menggunakan penamaan Direktur Operasi yang fungsinya adalah mengelola aspek desain, kualitas, sumber daya manusia, strategi proses, strategi lokasi, strategi lay-out, supply chain management (SCM), inventory management, scheduling, dan maitenance sebagai kesatuan yang terpadu.

Penulis berpendapat bahwa industri manufaktur di Indonesia perlu segera mengadopsi perubahan paradigma baru (sebenarnya sudah cukup lama) ini, karena apabila tetap menggunakan penamaan Direktur Produksi, banyak sekali keputusan yang tertunda karena decision flow menjadi terhambat, apalagi bila terdapat birokrasi yang berlebihan dalam suatu organisasi. Melalui pemusatan tanggung jawab dibawah satu orang, borderless organization akan terbentuk dan pelaksanan kegiatan operasi menjadi sangat efisien. Demikian pula dengan penamaan/penugasan Direktur Operasi, masalah Engineering, Procurement, Construction, yang menjadi masalah pokok pada sector industry manufaktur di BUMN dapat dieliminir. Itulah sebabnya dalam system Statutory Law yang berlaku di Amerika Serikat misalnya, kita mengenal istilah/peran dari apa yang dinamakan Chief Operations Officer (COO).

 

III. Landasan Teori

Organisasi berasal dari bahasa Yunani organon yang berarti alat. Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies),perilaku organisasi (organizational behaviour) atau analisa organisasi (organization analysis). Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang,material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi yang baik, seperti pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggotanya sehingga menekan angka pengangguran. Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup melainkan sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Supaya interaksi berjalan secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan hal apa yang sebaiknya dihindari.

Definisi partisipasi adalah keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan. Dalam berorganisasi para anggotanya dituntut untuk aktif berperan serta. Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata, melainkan juga dapat berpartisipasi dalam bentuk keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi, yaitu :

1.       Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.

2.       Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Hal ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.

3.       Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan unsur yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness”.

Organisasi yang terdiri dari anggota tentu saja pasti ada masalah di dalamnya, karena tidak semua pendapat dan keinginan manusia sama. Tetapi itu bukan halangan untuk membuat sebuah organisasi berkembang, karena segala sesuatu pasti ada solusinya, termasuk masalah perbedaan pendapat. Beberapa contoh masalah dalam organisasi antara lain adalah :

·         Koordinasi dalam program kerja : jika koordinasi dengan antar anggota organisasi kurang baik, maka program kerja yang sudah dicanangkan bisa saja kurang sukes.

·         Koordinasi dengan pimpinan : terkadang sebagai anggota ada rasa takut atau sungkan untuk sharing atau konsultasi dengan pimpinan, dan akhirnya anggota mengambil inisiatif sendiri yang kurang sesuai dengan aturan organisasi yang bersangkutan.

IV. Pembahasan Masalah

Masalah Organisasi, Hukum, dan Good Corporate Governance

Dilihat dari aspek struktur organisasi perusahaan, kegiatan berproduksi pada sebagian besar industri manufaktur di Indonesia masih dikelompokkan dibawah "kotak" yang dinamakan Direktur Produksi. Sedangkan dengan berkembangnya informasi dan komunikasi serta dampak dari globalisasi, industry manufaktur di negara-negara maju telah menggunakan penamaan Direktur Operasi yang fungsinya adalah mengelola aspek desain, kualitas, sumber daya manusia, strategi proses, strategi lokasi, strategi lay-out, supply chain management (SCM), inventory management, scheduling, dan maitenance sebagai kesatuan yang terpadu.

Penulis berpendapat bahwa industri manufaktur di Indonesia perlu segera mengadopsi perubahan paradigma baru (sebenarnya sudah cukup lama) ini, karena apabila tetap menggunakan penamaan Direktur Produksi, banyak sekali keputusan yang tertunda karena decision flow menjadi terhambat, apalagi bila terdapat birokrasi yang berlebihan dalam suatu organisasi. Melalui pemusatan tanggung jawab dibawah satu orang, borderless organization akan terbentuk dan pelaksanan kegiatan operasi menjadi sangat efisien. Demikian pula dengan penamaan/penugasan Direktur Operasi, masalah Engineering, Procurement, Construction, yang menjadi masalah pokok pada sector industry manufaktur di BUMN dapat dieliminir. Itulah sebabnya dalam system Statutory Law yang berlaku di Amerika Serikat misalnya, kita mengenal istilah/peran dari apa yang dinamakan Chief Operations Officer (COO).

Berbicara mengenai Officer, ada satu hal yang aneh dengan pengelola BUMN saat ini, yaitu penggunaan kata Officer bagi Direksi BUMN. Apabila kita mengkaji Undang-undang No.1 tahun 1995 tetang Perseroan Terbatas dan Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, kita tidak akan menemukan istilah Officer. Undang-undang No. 1 tahun 1995 menganut Two Board System, dimana terjadi pemisahan yang jelas antara Direksi dan Komisaris. Sedangkan Statutory Law menganut One Board System di mana dalam Board ini duduk para Direktor dan Komisaris; untuk menjalankan pengelolaan perusahaan sehari-hari Board of Directors menunjuk para Officers, yang diberi kekuasaan penuh untuk mewakili perusahaan. Member of The Board juga dapat dipilih menjadi Officer termasuk Chief Executive Officer (CEO).

Yang saya maksudkan dengan aneh adalah peristiwa pemilihan dan penobatan CEO terbaik di Indonesia baru-baru ini. Barangkali dengan maksud merangsang prestasi seorang Direktur Utama BUMN, beberapa minggu yang lalu telah dilakukan pemilihan Chief Executive Officer terbaik (maksudnya mungkin Direktur Utama terbaik?) di Indonesia. Tidak tangung-tangung, penganugrahan CEO terbaik ini (menurut berita) diserahkan oleh Presiden Megawati sendiri. Padahal sebagaimana disebut diatas, kita tidak menganut apa yang dinamakan Officer. Mengapa tidak memilih Direktur Utama terbai saja, misalnya; atau mungkin istilah Direktur Utama kalah gagah kedengarannya dari CEO? Kalau memang demikian, ganti saja sistemnya menjadi One Board System. Dikuatirkan pencampuradukan istilah CEO dengan Direktur Utama ini, dapat mengganggu prinsip Good Corporate Governance (yang sangat gencar dikumandangkan), mengingat keduanya menganut dsar hukum yang berbeda.

 Masalah Biaya dan Pendanaan

Industri manufactur pada umumnya adalah industri padat modal dan mempunyai operating leverage (rasio antara biaya tetap dan biaya variabel total) yang tinggi. Sebagai industri padat modal (pada umumnya), sebuah industry manufaktur harus menekan biaya variabel serendah-rendahnya. Oleh karena itu (mengingat biaya variabel yang antara lain mencakup biaya buruh langsung), adalah sangat naif pendapat yang mengatakan bahwa suatu industri padat modal sekaligus dapat menjadi industri padat karya. Kecuali apabila nilai tambah(diukur dari contribution margin) sanngatlah tinggi (misalnya, diatas 75%). Apabila prinsip ini tidak dipahami sepenuhnya, maka resikonya adalah sebuah perusahan industri manufaktur akan sangat sulit mencapai Break-Even Point. Resiko ini makin besar lagi mengingat fluktuasi pencapaian penjualan sebuah industri manufaktur (by nature) sangat tinggi dari waktu ke waktu.

Banyak industri manufaktur yang menghasilkan industrial goods, yaitu produk yang kegunaanya tidak untuk dikonsumsi, tetapi untuk dioperasikan mencari uang lagi, seperti kapal, pesawat terbang, taksi, dan sebagainya. Bagi perusahaan yang berbisnis dalam produk ini, maka tersedianya paket kredit ( baik kredit dalam negeri maupun kredit eksport) sangat dibutuhkan untuk menciptakan penjualan. Secanggih apapun industrial goods, tanpa fasilitas kredit/kredit ekspor, transaksi untuk menciptakan sales sangatlah sulit terjadi.

·         Masalah Kemampuan Penguasaan Cross-Functional Area

Total Quality Management, misalnya, masih belum menjadi agenda penting dalam pertemuan RUPS pada beberapa BUMN walaupun topik ini sangat penting bagi industri manufaktur; rapat lebih banyak memfokuskan diri pada aspek keuangan saja, yaitu laba atau rugi. Demikian pula, kita tahu bahwa hidup matinya sebuah perusahaan tergantung pada empat perspektif utama, yaitu: prespektif pemasaran, operasi/produksi, keuangan, dan learning organization & pertumbuhan. Dalam lingkungan yang bersaing, kemampuan untuk menguasai keempat prespektif ini sangat diperlukan. Oleh sebab itu, pengelola BUMN harus mempunyai expertise yang cross-functional. Dari hasil penelitian para pakar manajemen disimpulkan bahwa kemampuan menguasai keempat perspektif ini sudah menjadi persyaratan bagi pimpinan perusahaan masa depan, sebagaimana ditulis dalam sebuah artikel berjudul "The Business Leader of the Future" (Harvard B-School, Business Week, July 19, 1993).

·         Masalah kepemimpinan

Dari semua industri penghasil produk dan jasa, learning process paling banyak terjadi di sektor industri manufaktur; oleh sebab itu dari pemimpin perusahaan sektor industri ini sangat dibutuhkan:

a.       Pemimpin yang mampu mengatasi konflik antar fungsi-fungsi manajemen yang (lag-lagi by nature) adalah ciri khas dari sektor Industri ini. Kemampuan ini hanya dapat dimiliki oleh seorang pemimpin sektor industry manufaktur apabila ia menguasai cross-functional area sebagaimana disebut diatas.

b.       Pemimpin yang visonary, yang mampu menyelaraskan visi, misi, tujuan strategi dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kebijakan perusahaan. Hanya dengan cara ini budaya profesional dapat timbul pada BUMN kita.

Sehingga untuk mensiasati masalah ini bias dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya:
1.       Membentuk suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui loudspeaker.
2.       Buat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi masalah di lapangan.
3.       Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi.

Biasanya masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di suatu perusahaan. Misalnya, kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan temperature ruangan yang tinggi sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan juga harus di perhatikan
Konflik dalam perusahaan juga sering terjadi antar karyawan, hal ini biasanya terjadi karena masalah diluar perusahaan, misalnya tersinggung karena ejekan, masalah ide yang dicuri, dan senioritas. Perusahaan yang baik harus bisa menghilangkan masalah senioritas dalam perusahaan. Hal ini dapat meminimalisir masalah yang akan timbul, kerena dengan suasanya yang harmonis dan akrab maka masalah akan sulit untuk muncul.
V. Penutup

V.I. Kesimpulan

                Organisasi dalam arti statis dan organisasi dalam arti dinamis. Terdapat hubungan yang erat antara manajemen , organisai dan metode (tata kerja). Manajemen , organisai dan tata kerja ketiganya diarahkan kepada tercapainya tujuan secara efisien .
Terdapat hubungan yang erat antara manajemen, organisasi dan tata kerja yang ketiganya diarahkan kepada tercapainya tujuan bersama secara efisien. Proses mempengaruhi pengambilan keputusan. Proses-proses ini juga merupakan proses-proses organisasional karena lebih penting daripada manajer individual dalam pengaruhnya pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa organisasi memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam bidang tata kerja dan tidak hanya itu organisasi, manajemen, dan tata kerja juga memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini dapat saya simpulkan bahwa organisasi, manajemen, dan tata kerja tidak dapat dipisahkan karena memiliki keterkaitan satu sama lainnya.

V.II. Saran

Menurut saya organisasi dan metode sangat berperan penting dalam perusahaan atau dll, karena dengan adanya organisasi dan metode dalam setiap pelaksanaanya akan lebih terarah dan mencapai tujuan yang sesuai dengan rencana. Walaupun di setiap organisasi memiliki cara dan metode yang berbeda-beda karena di sesuaikan dengan rencana dan keputusan anggota tetapi dari itu semua akan tetap sama dan menghasilkan sesuatu yang sempurna tentunya dengan kerjasama dalam organisasi tersebut dan berjalan sesuai yang telah disepakati/dirembuk bersama-sama.

Hendaknya dalam mendirikan sebuah organisasi benar-benar direncanakan dengan seksama, guna mencapai visi dan misi yang dijunjung dalam organisasi. Dan dalam proses perjalanannya, organisasi yang sudah didirikan harus benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai yang terus berkembang di masyarakat. Sehingga organisasi yang didirikan dapat bertahan seiring berjalannya waktu.

No comments:

Post a Comment